Kini, nelayan
Gorontalo bisa memanfaatkan aplikasi yang bisa menuntun mereka berlayar
langsung ke lokasi titik ikan. Cukup klik lewat layar ponsel pintar,
keberadaan ikan langsung terdeteksi.
Aplikasi itu bernama Smart
Fisheries yang berarti nelayan pintar. Aplikasi itu dikembangkan
Pemerintah Provinsi Gorontalo bersama PT Media Rekayasa Lintas (Marlin).
Melalui Dinas Perikanan dan Kelautan, dibuat Command Center untuk pusat
layanan Smart Fisheries.
Pada command center, bisa
dilihat pergerakan nelayan yang memanfaatkan aplikasi ini, apakah pergi
melaut atau tidak. Termasuk bisa melihat keberadaan ikan di seluruh
dunia, kondisi cuaca dan pelabuhan-pelabuhan perikanan seluruh
Indonesia. Nelayan sengaja diberikan ponsel tablet yang dikhususkan
untuk membuka aplikasi Smart Fishier.
Tablet berbasis android
produksi dalam negeri itu hanya bisa digunakan untuk Smart Fishier. Di
Gorontalo, baru ada enam tablet Smart Fisheries yang diadakan Dinas
Perikanan dan Kelautan.
Keenam unit tersebut merupakan pilot
project. Masing-masing daerah mendapat satu unit yang diberikan kepada
nelayan atau kelompok usaha bersama (KUB) yang mengelola kapal bantuan
Inka Mina.
"Ke depan kita akan tambah ratusan, atau lebih. Atau
pemerintah kabupaten/kota juga bisa mengadakan alat ini. Nelayan secara
mandiri pun bisa mengadakan alat ini," kata Kadis Perikanan dan Kelautan
Provinsi Gorontalo Sutrisno saat memperkenalkan Smart Fisheries Command
Center di kantor DPK Gorontalo, Selasa, 16 Mei 2017.
Aplikasi Smart Fisheries dilengkapi fitur navigasi nelayan. Jika nelayan mengklik menu command center,
di situ akan terlihat posisi (gambar) ikan yang ada di laut lepas.
Begitu gambar ikan diklik, akan muncul titik koordinat posisi ikan baik
lintang (latitude) maupun garis bujur (longitude), temperatur, kecepatan angin, arah angin, kelembapan, suhu air, termasuk tinggi ombak.
"Jadi nelayan tinggal memilih, mau melaut ke arah mana. Ke posisi lokasi ikan yang mana," kata Sutrisno.
Informasi cuaca, termasuk tinggi gelombang laut, bisa menjadi pertimbangan nelayan,
apakah tetap melaut atau tidak. Aplikasi itu telah melalui uji coba
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Tingkat keakuratan
bahkan mencapai 90 persen.
Sebelumnya, LAPAN dan Pemprov
Gorontalo memang telah menjalin kerja sama dengan program serupa, tetapi
berbentuk SMS Gateway. Dalam program itu, LAPAN mengirimkan koordinat
posisi-posisi ikan ke Dinas Perikanan dan Kelautan. Oleh dinas perikanan
setempat, SMS koordinat itu diteruskan ke nelayan.
"Hasilnya
tepat, produksi ikan nelayan meningkat. Itu hanya SMS Gateway yang
menginformasikan koordinat. Kalau aplikasi ini lebih lengkap lagi,
bahkan cuaca ada juga," ucap staf perikanan Misran Lasantu.
Namun,
pengguna aplikasi itu diwajibkan membeli gawai standar Smart Fisheries.
Harganya kurang lebih Rp 3,5 juta. Presiden Direktur Marlin, Haryanto
Sie mengatakan, begitu nelayan memiliki gawai Smart Fisheries, di
dalamnya termasuk langganan setahun.
"Tahun berikutnya harus langganan Rp 1,2 juta atau Rp 100 per bulan. Hanya itu, setelah itu tidak ada lagi," katanya.
Haryanto
yakin aplikasi itu sangat membantu nelayan. Dengan mengetahui posisi
ikan, nelayan tidak perlu lagi putar-putar di laut lepas untuk
mendapatkan posisi ikan. "Dengan begitu, pasti hemat BBM, hemat waktu,
hemat tenaga dan tangkapan sudah pasti," ucapnya berpromosi.
Dengan
biaya seperti itu, selain bantuan pemerintan, nalayan bisa memanfaatkan
fasilitas kredit usaha rakyat (KUR) perikanan. "Yang penting mau dulu.
Dan aplikasi ini resmi karena harus didaftarkan pada Dinas Perikanan,"
katanya.
Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Sutrisno
menjelaskan, biaya pada aplikasi ini hanya karena lisensi atau hak paten
Smart Fisheries yang dikembangkan Marlin. Makanya, pemerintah daerah
dapat memfasilitasinya. Aplikasi itu baru dikembangkan di Indramayu,
Moro, Demak dan Gorontalo.
"Ini juga penting. Karena pengguna atau nelayan
yang menggunakan tablet Smart Fisheries itu terdaftar. Artinya, tidak
sembarangan menggunakan aplikasi ini. Kalau sembarangan takutnya
digunakan nelayan asing, dan itu akan merugikan kita," ujarnya.
Uji
coba aplikasi untuk enam KUB, menurut Sutrisno, berlangsung sangat
maksimal. Di Gorontalo Utara, hasil tangkapan bahkan mencapai 6 ton pada
koordinat lokasi ikan yang ditunjukkan aplikasi.
"Jadi tidak
ada lagi cerita kalau melaut masih melihat cara tidur istri. Kalau istri
tidur miring ke kanan, maka arah kapal ke kanan. Sekarang smart, lewat teknologi sudah bisa ketahuan posisi ikan," kata Sutrisno.
Sumber : liputan6.com
No comments:
Post a Comment